1:subuh
cerita seorang wanita setengah baya dengan lima anak yang dicintainya dan seorang suami yang sangat menyayanginya.
:hari ini ia bangun sangat subuh, langsung ke dapur masak air masak nasi masak ini itu lalu siapkan bumbu-bumbu segala untuk siang nanti.
menjelang pagi semua pada bangun, bersih-bersih lalu mandi bergantian, sarapan dan pamit satu-satu memenuhi panggilan tugas dengan tidak lupa mencium tangan ibu mereka sebagai ungkapan syukur.
suaminya yang terakhir pergi: “siapkanlah semuanya dengan baik, kita akan undang pendeta”
2:pagi
wanita setengah baya itu ke pasar belanja semua ini itu.
pulang lalu masak ini itu dengan lezatnya.
3:siang
di meja telah terhidang dengan sangat menarik.
:ada daging yang dipanggang, dibuat sate, dimasak kari dan ini itu yang membuat liur tak tertahan.
:ada sayuran yang ditumis lezat, disup, dimasak kuah dan ini itu yang membuat selera lapar bangkit memberontak.
:ada nasi tersaji, kentang rebus terhidang, lontong dan ini itu buat temani semuanya.
:ada minuman segala warna yang membuat dahaga segera melompat keluar untuk menghisapnya habis.
:ada roti di sudut meja, lilin di tengah persis, sendok garpu semua siap pesta.
4:sore
semua pada pulang
lapar
dan siap makan
“tunggu pendeta” menasihati sang wanita
5:malam
pendeta itu baru datang
pesta dimulai”
:ambillah, makanlah dan minumlah, ingat makanan dan minuman ini sebagai peringatan akan penyertaan tuhan atas kehidupan kita.”
makanlah mereka semua sampai kenyang.
6:tengah malam
seekor burung gagak mampir di atap rumah, satu persatu, suami, anak tertua, anak kedua, anak ketiga, anak keempat dan si bugsu mati kekenyangan.
sepi
gelap
sunyi
ngeri
menyayat
tak ada rintik
semua ditelan angkara
7:subuh
mentari menyapa lewat jendela. wanita itu ingin membasuh diri dengan embun. rumput setia dengan hujannya. gagak telah terbang jauh. dan wanita itu baru sadar di kedua tiang pintunya tak ada sapuan darah. ia menyesal dalam lupa.
8:pagi
“mengapa pendeta tak mengingatkanku?”
Tateli, 14 April 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar