TENTANG MATAHARI DAN BULAN

            (sebuah air mata)

aku sebenarnya ingin memeluk sebuah kisah
tapi sebuah air mata tiba-tiba melesat ke angkasa
membelah langit
lalu menetes perlahan di wajahku
yang masih mengantuk
menyisahkan mimpi entah dari kapan
tangisan itu persis sama
meremas di antara harapan
yang digantungkan di langit keinginan
memberontak di antara kebosanan
yang meneror nurani sakit hati
tangisan itu bernada pilu
menyayat simfoni yang sungguh indah
indah
pada helaan kesedihan
yang kutahu persis
tak punya sandaran apa-apa

aku sebenarnya hanya menebar senyuman
mengulurkan salaman simpati
dan mengelar sedikit hamparan kasih
tapi air mata itu terlanjur menghujani diriku
dengan kuyup tanpa ampun
tulang-tulang menggigil
sementara darahku justru mendidih
dan mendesislah nuraniku
pada cerita
pada sejarah
lembaran yang pernah ditoreh
persis sama
oleh air mata yang juga jatuh dari langit
sewaktu dulu melesat membelah angkasa
menggapai rembulan yang teduh
pada rindangan penuh harap

persis sama
rembulan itu menangis
tepat ketika waktu hampir memeluk lonceng kemenangan
dan gemuruh menghajar tanpa ampun
sedikit pun
hingga matahari dengan tidak ragu
terbit dengan teriknya
menghukum dengan sombongnya
berjalan sambil membakar semua
padahal waktu belum mendekati pagi
belum
dan kuyakini itu
bahkan terlanjur yakin

yakin!
itulah yang kurasa ketika air mata itu membanjiri jiwaku
malam ini

pada siapa kuadukan semuanya?
petikan dawai-dawai kisah terlalu mengranit
mencipta relief
yang entah indah
sedih
pilu
ironi
bahagia
hitam
kuning
merah
putih
atau…
dan aku memang tak sanggup
menggeleng
sedikit pun

air mata itu tetap tergantung
menetes
dan terus menetes

aku hanya sanggup menengadahkan tangan
menampung
dan menikmati
sungguh!
hanya itu kekuatanku.

Tateli, 23/Jan-01 (00:30)
(sebuah lukisan tentang Devi T. diawal perkenalan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar