(secukilan memori tentang kemerdekaan)
Adalah aku yang terkerangkeng oleh waktu
Dan hanya bisa menghitung seberapa awan telah berarak
Atau seberapa displin semut-semut di dinding itu berbaris mengekor
Pagi-pagi aku terbangun (atau dibangunkan)
Dingin masih menusuk dengan sangat
Menyadarkan diri bahwa tembok penjara masih membelenggu
Hari ini terompet kemerdekaan kembali dipersadakan
Pertiwiku berdirgahayu
Dan jadilah
Semua berdandan dengan baju kebesarannya
Biru-biru bagi napi, dan pakaian rapih bagi tahanan
Pagi ini sang saka kembali akan dinaikkan
Dan semua harus tegak hormat merenungkan arti merdeka
Merdeka bangsaku
Merdeka semua
Lalu semuanya terhening dalam alunan Indonesia Raya
Betapa mulianya kebebasan
Betapa indahnya kemerdekaan
Namun dalam keterpenjaraan badani
Nurani mengusik
Merdeka untuk apa?
Bebas untuk apa?
Jika semua harus berakhir dalam kerangkeng terkutuk ini?
Dan aku memang tak sanggup menjawabnya
Tak sanggup
…..wajah keempat penghuni penerima hukuman seumur hidup membayangi lamunanku…..
dengan kemerdekaan apakah akan kuisi kau bangsaku?
Perum, 22 Agustus 2002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar