MELINTASI BUKIT HARI TERLANJUR SORE

 

ada seorang laki-laki kaya raya
punya tujuh anak laki-laki tiga perempuan
saleh, jujur dan takut akan Allah
punya tujuh ribu ekor kambing domba
tiga ribu ekor unta
lima ratus pasang lembu
lima ratus keledai betina
dan budak yang banyak sekali.
duh gusti kayanya sang lelaki
dialah lelaki terkaya di sebelah timur.
satu senja ketika lelaki itu menikmati keindahan alam di pendopo
bertiuplah angin dari barat sangat sepoi nan membuai penuh kelembutan
dan bermimpi.
ia kedatangan malaikat dengan kepakan sayap kuasanya
laki-laki ditawarkan sebuah mahkota kemuliaan
yang bukan hanya bertaburkan emas, berlian, intan
tetapi mahkota yang punya kerajaan
laki-laki mengiyakan kendati pun ia harus menjual seluruh hartanya
dan meninggalkan istri, anak serta tanah kelahirannya
sebab mahkota itu harus di ambil di tanah seberang.
pagi-pagi ia bangun sewaktu embun masih membasahi bumi
semuanya di jual dan ia pergi ke tanah seberang.
laki-laki bersua sebuah bukit.
gersang
tak ada kehidupan
tapi tekadnya bulat betul
diambilnya salib yang tertancap di kaki bukit itu
dipikulnya dan mulailah ia mendaki seperti apa kata malaikat
batu
cadas
karang
panas
tandus
kering
peluh
laki-laki terus mendaki
kendati ia mulai kehilangan nafas
mahkota kemuliaan, itu yang ada di otaknya
matahari tepat di ufuk
lelaki istirahat sebentar
melempar pandangan ke tanah hijau yang ditinggalkannya
kambing, domba, unta, lembu, keledai bermain riang dengan anak-anaknya
selintas penyesalan lewat di pelupuknya
lelaki menampik dengan keindahan mahkota yang akan diperolehnya
sebentar lagi katanya sambil melihat ke puncak bukit
ia bangkit, pikul salib lalu kembali menjadi orang hina dina
statusnya lenyap demi sebuah mahkota yang dijanjikan malaikat
pasti nikmat melebihi apa yang kujual dan kutinggalkan begitu gumamnya
batu
cadas
karang
panas
tandus
kering
peluh
dan kini darah mulai menetes dari dahinya
salib itu terlanjur berat
berat
berat
berat
dan lelaki itu lunglai tak berdaya
roboh ke tanah
dalam lemas tak berdaya ia masih sempat memperhitungkan harta dan mahkota yang akan diperolehnya
andai kudapat dua-duanya
kusewa budakku ke puncak bukit itu, duh bodohnya aku
ia semakin tak berdaya.
lalu lewatlah seorang laki-laki lain
berjubah putih
memberi minum si lelaki tadi
lalu mengambil salib, memikulnya, mendaki ke puncak bukit
dengan keyakinan.
dalam kebinggungannya lelaki itu terpaku
di puncak bukit seorang lelaki berjubah putih bermahkota duri
menancapkan salib yang dipikulnya lalu menyalibkan diri
darah menetes perlahan seiring senja bukit semakin gelap
lelaki itu baru sadar bahwa ia mendaki bukit golgota

bukit senyap
sunyi
tak ada gerak
yang ada suara sayu-sayu dari puncak bukit
“ampunilah meraka ya Bapa, sebab mereka tak tahu apa yang mereka perbuat”

 

Tateli, 28 Januari 2000

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar